Selama puluhan tahun opini kita telah digiring untuk menempatkan Jenderal Suharto sebagai Dalang dari peristiwa G30S/PKI. Selama puluhan tahun pula opini kita digiring untuk menuduh Jenderal Suharto sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas pembantaian jutaan rakyat tidak berdosa yang menjadi korban sebagai dampak dari peristiwa pembantaian 7 perwira TNI AD di Lubang Buaya. Selama puluhan tahun opini kita digiring untuk menganggap peristiwa G30S/PKI adalah konflik internal ditubuh TNI AD. Mereka seolah mengabaikan pengakuan saksi hidup yang melihat langsung keberadaan anggota Pemuda Rakyat yang merupakan organisasi sayap PKI saat peristiwa penculikan terjadi. (kesaksian Amelia Yani, putri dari Jenderal Ahmad Yani).

Sekarang penulis ingin mengajak pembaca pada beberapa fitnah yang ditujukan pada Suharto. Berbagai versi cerita dikarang pihak-pihak tertentu untuk menggiring opini kita agar membenci Suharto. Berbagai versi cerita tentang masa lalu Suharto yang buruk dikarang agar versi cerita yang mereka karang terlihat kapabel. Ada versi cerita yang dikarang seolah-olah Suharto memiliki dendam pribadi kepada semua korban yang terbunuh di Lubang Buaya. Ada versi cerita yang dikarang seolah-olah Suharto berkelakuan asusila karena memiliki hubungan gelap dengan seorang artis bernama Rahayu Effendi. Bahkan dikarang cerita seolah-olah telah terjadi wawancara dengan para tetangga Rahayu Effendi di Bogor kalau memang pernah terjadi penyiraman tinja kerumah Rahayu Effendi yang di Bogor. Ada juga versi cerita yang mempertanyakan mengapa Suharto tidak menjadi bagian dari target pembunuhan dimalam itu. Bahkan ada versi cerita yang memasukan nama Jenderal Gatot Subroto sebagai pihak yang paling membela Suharto dengan alasan Suharto memiliki potensi yang masih bisa dibina. Ada juga versi cerita yang menunjukan bila sebelum peristiwa pembantaian ke 7 perwira TNI AD ternyata Kolonel Latief yang juga mantan bawahan Suharto ketika masih di Kodam Diponegoro telah melakukan beberapa pertemuan dengan Suharto bahkan hingga malam kejadian yaitu tanggal 18, 28, 29 dan 30 September 1965. Bahkan kondisi Tommy Suharto yang masuk Rumah Sakit dituduh sebagai akal-akalan Suharto agar tetap berada di Jakarta. Semua versi cerita dikarang dengan satu tujuan untuk menunjukan kalau Suharto yang terlihat santun hanyalah pura-pura atau kamuflase untuk menutupi kelakuannya yang buruk.
Mari kita membahas perihal pertanyaan"mengapa Suharto tidak menjadi target dari operasi". Mereka berusaha mendiskreditkan Suharto dengan situasi dimana kediaman para perwira TNI AD yang menjadi korban G30S/PKI berdekatan dengan kediaman Suharto. Mereka juga menjadikan posisi Pangkostrad yang memiliki kekuatan pasukan tapi mengapa tidak menjadi target operasi penculikan dan pembantaian.
Mari kita bahas satu persatu. Kita semua tentu tahu kalau semua perwira TNI AD yang menjadi korban kebrutalan PKI adalah mereka yang menolak proposal yang diajukan PKI mengenai Angkatan ke V. Memang benar bila tempat tinggal mereka saling berdekatan yaitu didaerah Menteng. Tapi harus diingat bahwa mereka yang menjadi korban adalah para petinggi di Markas Besar AD. Jenderal AH Nasution merupakan Menko Pangab namun jabatannya hanya jabatan struktural. Jenderal Ahmad Yani merupakan Menpangad/KASAD yang merupakan pucuk pimpinan tertinggi di TNI AD. Sutoyo, S Parman, Suprapto, DI Panjaitan, MT HARYONO merupakan deputi ataupun Asisten Menpangad yang berkedudukan di Markas Besar TNI AD. Ke 7 perwira TNI AD yang menjadi target penindakan Letkol Untung adalah petinggi TNI AD yang membuat keputusan dan kebijakan di tubuh TNI AD. Suharto yang ketika itu menjabat sebagai Pangkostrad bukanlah bagian dari Mabes AD yang dapat memberi keputusan dan Suharto hanyalah bagian dari mereka yang menjalankan keputusan yang diambil Mabes AD. Posisi Suharto sama seperti posisi Pangdam Jaya atau DanRPKAD yang merupakan perwira pasukan yang siap menjalankan kebijakan para petinggi di Mabes TNI AD. Sebagai Pangkostrad, Suharto selalu siap menjalankan setiap perintah yang dikeluarkan Mabes AD. Itulah yang menjadi alasan kalau Suharto bukanlah orang penting yang pantas dijadikan target operasi.
Sikap Suharto yang selalu loyal dan patuh kepada atasan membuat Suharto tidak termasuk dalam target operasi penculikan. Suharto tidak pernah mengeluarkan statement yang berseberangan dengan Panglima Tertinggi ABRI. Suharto tidak pernah membangkang atau menolak setiap kebijakan yang diambil Panglima Tertinggi ABRI. Mereka menganggap Suharto akan loyal dan patuh kepada pimpinan tertinggi Panglima Tertinggi ABRI.
Mereka yang memfitnah Suharto juga mengarang cerita tentang pasukan dari Kodam Diponegoro dan Kodam Brawijaya yang dikirim ke Jakarta dengan dalih untuk memperingati hari ABRI pada tanggal 5 Oktober 1965. Mereka memanfaatkan jabatan Suharto yang pernah menjabat sebagai Pangdam Diponegoro ditahun 1959 lalu. Mari kita bahas posisi Suharto sebagai Pangkostrad kala itu dengan kehadiran pasukan dari Kodam Diponegoro dan Kodam Brawijaya. Dengan jabatan sebagai Pangkostrad kala itu, apakah mungkin Suharto mampu memerintahkan pengiriman pasukan dari Komando Teritory yang notabene bukanlah bagian dari pasukan Kostrad ? Para antek PKI memanfaatkan posisi Suharto yang pernah menjadi Pangdam Diponegoro lalu mengarang cerita seolah-olah Suharto masih memiliki wewenang untuk menggerakan pasukan dari Kodam Diponegoro dan pasukan dari Kodam Brawijaya. Seperti diketahui, Mayjen Pranoto juga pernah menjabat sebagai Pangdam Diponegoro dan beliau terbukti terlibat langsung dalam operasi penculikan ke 7 perwira TNI AD sesuai dengan pengakuan Letkol Untung dipersidangan. Harus juga diketahui bila Letkol Untung ternyata merupakan prajurit kebanggaan dari Jenderal Ahmad Yani di Banteng Raiders. Kedua pasukan ini menjadi bagian dari operasi penculikan dan pembantaian ke 7 perwira TNI AD dan kedua pasukan ini ditumpas habis dalam operasi militer yang dilakukan oleh pasukan RPKAD pimpinan Kolonel Sarwo Edhie.
Harus diingat, apakah bila tempat tinggal mereka saling berdekatan lalu salah satu dari mereka yang luput dari target harus dituduh sebagai pelakunya ? atau, apakah bila Suharto pernah menjabat Pangdam Diponegoro lalu secara otomatis beliau terlibat atau dituduh sebagai pelaku bila pasukan dari bekas pimpinannya bersalah ? Bila memang itu yang dijadikan acuan maka sekalian aja seluruh Pati yang tinggal disekitar Menteng dituduh sebagai dalang peristiwa G30S/PKI atau sekalian seluruh mantan Pangdam Diponegoro dituduh sebagai dalangnya juga.
By; Elya Agustiati
By; Elya Agustiati
Yang benar akan menjadi baik dan lebih benar
BalasHapusAlhamdulillah jawaban ini yg selama ini sy cari. Terima kasih.
BalasHapusBodoh kog di publikasi, dasar2 penelitiannya tak ada tuh, artikel asalan
BalasHapuskalau anda punya bukti yang valid silahkan di upload biar bisa kita bahas, tapi kalau ga bisa lebih baik diam.
Hapuskalau anda punya bukti yang valid silahkan di upload biar bisa kita bahas, tapi kalau ga bisa lebih baik diam.
Hapuspaling belum lahir...
Hapuskeren
BalasHapusPES 2016 PC Full Version Free Download
Semoga yang benar,menjadi benar,yang salah menjadi salah,Jangan memutarbalikan fakta,jangan percaya pada PKI Dan ANTEK2 nya
BalasHapusSemoga yang benar,menjadi benar,yang salah menjadi salah,Jangan memutarbalikan fakta,jangan percaya pada PKI Dan ANTEK2 nya
BalasHapusYANG NAMANYA PKI DIMANA-MANA YA BEGITU,.MENG HALAL KAN SEGALA MACAN CARA,..APALAGI GENERASI MUDA YANG NONGOL NYA TAON 1990 AN TDK MENDAPAT PELAJARAN TTG KOMONIS,..
BalasHapusYah memang wajar kalo PKI slalu menghalalkan segala cara karena memang mereka ga punya ukuran mana yang benar dan mana yang salah ga ada yang ngajarin kan ga punya tuhan dia ga punya kitab suci. yang dia punya hanya bagaimana cara mendapatkan sesuatu/ cita2 baik dengan cara halal ataupun haram
BalasHapusIni juga masih asumsi, presepsi, perkiraan, dari prof Tjipta Lesmana dan belum ada sumber kejelasannya juga. yang pasti hidup di dunia di bumi ini ada hukum yg tak terlihat Low of Attraction, yang buruk pasti akan celaka yang benar pasti tetap ada, itupun bukan dari manusianya sendiri yg menghukumnya.
BalasHapusFobia PKI.....
BalasHapusFobia PKI.....
BalasHapusPKI itu harus diberantas sampai ke akar2 nya,..bpk SUHARTO jadi salah satu korban fitnahan pki,klau dibiarkan hidup di NKRI maka akan ada SUHARTO2 yg lain dan kehancuran akan segera datang
BalasHapusmakanya knapa tuhan menciptakan Akhirat? semua keluh kesah manusia atau bentuk ketidakadilan yg diperbuat manusia ketika di dunia nanti di akhirat sana jawabannya--laayahtasibu Allah maha cermat perhitungannya--jd klo pki atau komunis mau berbuat hal yg merugikan banyak manusia dgn berbohong menghasut bahkan sampai ke membunuh ya tunggu saja nanti kita liat di akhirat sana ketika dihisab---
BalasHapusSudahlahh,, too yang benar tak akan kemana dengan kebenarannya,, dan setelah peristiwa itu terjadi kebenarannya masih tetap saja menjadi misteri besar walaupun sang jendral santun ini 30 tahun lamanya mememimpin negeri,, seandainya misteri dari supersemar saja dapat terungkap dengan jelas seutuhnya,, mentoknya angan-angan benak generasi bangsa ini tentang kebenaran misteri besar itu sepertinya akan terbuka tabirnya,, lalu sikap yang seharusnya dalam menyikapi juga akan mengalir dengan sendirinya,, apa seharusnya wajib menghargai atau malah caci maki saja taburan penghargaaan nantinya pada sang jendral besar itu atas jasa-jasa perilakunya pada bangsa dan negeri tercinta ini..
BalasHapusJokowi itu keturunan pki
BalasHapusAlhamdulillah...semakin jelas sekarang..
BalasHapusMaaf Pak Harto..saya dulu membencimu...
kalau soal Suoersemar gimana ya? Mhn kalau ada yg bisa jelaskan.
BalasHapusPKI sudah banyak membunuh TNI dan Kyai2 di pesantren dan umat Islam. PKI juga membakar pesantren2 untuk itu PKI tidak boleh hidup di indonesia kembalikan ke china komunis. Setiap ada gerakan PKI walau di menteri bahkan presiden pun harus ditangkap habis.
BalasHapusDah lega rasanya...selama ini msh gelap...fitnah lebih kejam dari pembunuhan....ternyata pki lebih kejam yang kita perkirakan....
BalasHapusSebelum meletus G30S/PKI kan sudah ada gerakan pengkhianatan dari PKI kenapa peristiwa sebelum sebelumnya tidak diangkat atau dipermasalahkan kenapa ? apa karena memang peristiwa sebelumnya tak ada nama suharto sehingga sulit untuk memojokan beliau ?
BalasHapusTidak jelas pijakan artikelnya, anak SD jga bisa nulis kaya gini.
BalasHapusjustru antek-antek soeharto yang sekarang adalah bahaya latent selain juga antek PKI
BalasHapusoo begitu ,lha terus anda anteknya siapa ?
Hapusoo begitu ,lha terus anda anteknya siapa ?
HapusBagaimana dgn suersemar ? bagaimana bisa Pak Harto mendapatkan supersemar dari presiden ? apakah supersemar tsb diperintahkan langsung oleh presiden sukarno atau apakah supersemar tsb harus diberikan kepada Pak Harto sebagai Pangkostrad ? bagaimana dgn kewenangan Mabes AD setelah meletusnya G30 S PKI ? dan bagaimana dgn Jenderal AH Nasution mengapa tdk Pak Nas yg menerima supersemar tsb dimana Pak Nas yg nota bene lebih senior dari Pak Harto ?
BalasHapusJANGAN BERI KESEMPATAN HIDUP BUAT PKI... GANYANG DAN MUSNAHKAN..!!!
BalasHapusPki terbaru bangsa kita saat adalah sara... dimana ini setiap saat akan memecah belah NKRI.. say no " SARA " Pasti kita akan utuh demi satu INDONESIA. jadi siapa saja yg mengumandangkan SARA itulah sebenarnya antek pki
BalasHapusBbrp komen masih bilang ttg sumber yg ga jelas, hanya persepsi, hanya karangan yg anak SD pun bisa buat.. seolah-olah para pelaku sejarah adalah makhluk 'nonsèn'..
BalasHapusBoleh saja tiada hubungan antara Soeharto (alm) dg PKI .Namun yg membuat banyak rakyat Jengkel adalah kekuasaannya sampe tiga puluhan tahun .nama kabinet Pembangunan hanya sebatas nama saja .buktinya pembangunan hanya di jakarta saja .memang indonesia itu cuma jakarta ?
BalasHapusYa sudah ;semoga mendapat ketenangan di alam sana .Aamiin YRA .!